Minggu, 16 Desember 2012

11 Desember 2012

Hujannya deras diluar, langitnya hitam. Seperti habis mandi saja rasanya. Namun, aku tak peduli. Aku butuh kesendirian. Memang seperti sudah gila, berani sumpah disini ramai sekali.. Ya, kesendirian seperti inilah yang aku butuhkan. Sendiri tanpanya. Petir menyambar kencang, seolah tau saja dia cara terbaik membuat bergidik dikala hujan. Tepatnya seolah dia memang tau kalau aku sedang marah ! Memang ada-ada saja ulahnya. Dasar bajingan kecil, dengan gaya innocentnya yang seolah tidak tahu apa kesalahannya dan dengan mudahnya membiarkanku pergi di tengah hujan. Hmm.. tidak, tidak.. tadi itu belum hujan. Bagaikan tirai sebuah panggung saja, tirainya dibuka dengan gamblang dan meriah tapi aku membuka tirai ini dengan gerimis dan wajah carut marut. Kedai kopi di persimpangan jalan dago tempatku menyendiri. Sungguh mirisnya harus menyendiri di tempat yang ramai ini. Penuhnya tempat ini, sampai-sampai bangku untuk seorang penikmat kopi saja aku tak mendapatkannya.
Kita mulai saja dari awal. Turunlah aku dari angkutan umum, dan BYUSSS! hujannya langsung deras. Lari-lari kecil mengiringiku sampai di dalam kedai kopi. Tepat di antrean kafe aku berdiri kedua dari depan. Sembari menyibakkan air di rambut dan sekujur tubuhku aku melihat list minuman di depan. Dengan rasa khawatir akupun mengelap map biru berisi arsip-arsip yang kubawa ke celana jeansku. Mujarab juga map plastik ini, arsipnya tidak ada yang basah.
"Pesan apa mbak Ayu ?". Saat kulihat, itu sosok wajah yang kukenal. Ternyata si Brave, anak jurusan Informatika di kampusku. Entah angkatan tahun berapa. Basa-basi sejenak, aku pun memesan cappucino. Seperti kubilang, benar-benar penuh tempat duduknya. Terpaksa aku duduk di lantai atas. Beruntung ada satu bangku yang kosong, tapi benar-benar ga nyaman. Bangkunya tinggi, keras dan berputar-putar. Miris banget ya... krik.krk.krik
Diam sejenak aku pun menyruput cappucinoku. Sruupptt, Bwekkk ! Kopinya ga dikasih gula ama si Brave, wahhh bener-bener ni anak. Akhirnya aku meminta gula sachet ke waiter yang sedang membersihkan meja yang banyak sisa makanan. Lagi-lagi aku berpikir, kenapa sih makanannya tidak dihabiskan ? Bayangkan saja, nasi plus ayam dan telor dadar disini bisa seharga 29.000. Tapi ayamnya masih setengah utuh, apalagi nasi dan telornya kayak baru dimakan dua suap saja. Diet gagal sepertinya. Mataku mengarah ke sekeliling, rupa-rupa ternyata orang-orang disini. Kebanyakan mereka membawa laptop untuk mengerjakan tugas dengan wi-fi gratisan disini, ada juga yang nonton bola, dan sialnya ada juga yang pacaran sampe suap-suapan ! Damn, kenapa sih punya pacar ngeselinnya amit-amit jabang bayi ! Jam 9 malam tiba-tiba si Brave dateng dan akupun pindah tempat duduk. Ngobrol-ngobrol ma dia. Shift kerjanya udah beres dan dia mau makan dulu disini.
"Bentar ya, gua pesen makanan dulu..". Dia pun turun buat mesen makanan. Diluar masih hujan deras, huftt pas banget sih kayak di sinetron-sinetron itu. Suasana galau dengan background hujan dan si artis menangis sendu dibawah guyuran air hujan. Jujur, aku benci sekali keadaan seperti ini. Hubungan romansa kita itu sudah terjalin selama setahun setengah, emm setahun setengah lebih. Itu waktu yang lama menurutku. Tapi ego kita masing-masing ternyata masih memenangkan setiap permainan yang kita buat sendiri. Bodoh ! Sifat yang tidak pernah mau merasa dikalahkan dan mengalah, ditambah sikap cuek-cuek di setiapa ada permasalahan itu yang membuat aku jadi sebego ini.
Brave datang membawa 2 cake, tiramisu dan coklat. Dia menyuruhku memilih satu, tiramisu. Terimakasih :) .
Cappucino and tiramisu, makanan penyambut kegalauan. Kusembunyikan murungku di depan temanku ini. Dengan sangat aku tertawa dan membuat jokes yang ga penting tapi tetep saja dia tau kalau aku ada masalah dengan seseorang itu yang ga perlu buat disebut namanya. Jam 10 temanku pun ada yang datang lagi. Teteh datang gara-gara dia display bbm ku yang memajang tiramisu cake dan cappucino. Berkuranglah kegalauanku karena mereka berdua. Banyak hal yang kami perbincangkan membuatku lupa akan masalah ini. Rumah gurita dan horor-horor seputar bandung kita bicarakan. Lucunya si teteh malah jadi takut sendiri dengan cerita horornya yang ia mulai. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Mataku sudah tak bisa berkompromi lagi. Kekasihku yang menyebalkan itu pun sudah menelpon dan mengirimkan sms berkali-kali. Bodo amat kupikir, dia pergi ke kosanku dan aku tak ada disitu padahal. Sejenak aku merasa tak peduli dengan apa yang dia lakukan. Teth yang merasa takut memintaku untuk bermalam di kosannya. Baiklah, lagipula aku malas untuk pulang ke kosan. Masih gerimis saat kita bertiga keluar. Namun perasaanku menjadi lebih baik seiring dengan hujan yang mereda. Hal yang kupikirkan saat ini adalah aku tidak benar-benar sendiri dan aku tak akan bisa untuk menyendiri. Karena masih ada orang-orang yang lebih peduli daripada dia. Terimakasih sahabat ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar